Pencuri Hati Bidadari Bumi

Lelaki yang tampan itu sedang bergaya menghadap kamera, siap-siap untuk dipotret. Wajahnya putih dan menawan. Bersih kulitnya membuat mata terpikat. Sedikit saja tersenyum, manisnya akan terlihat. Pula, menyenyumkan wajah yang melihat.

Hidungnya mancung. Hitam bola matanya begitu indah, dan bagian putihnya bersih menyejukkan. Mata sipitnya yang begitu mengesankan dan bibirnya yang bersih memerah benar-benar membuat wanita berdecak kagum.

Dipilihnya banyak gaya sehingga tercipta banyak fose. Busananya yang mewah menambah anggun ketampanannya. Apalagi model rambut yang selalu menjadi trend. Satu lagi, lelaki kita ini memiliki face (wajah) yang imut.

Di salah satu fotonya, ia terlihat mendapat ciuman wanita cantik, tepat di pipi kirinya. Lelaki itu tersenyum saja sambil mengangkat kedua alisnya yang hitam menawan. Di foto yang lain, ia juga mendapat ciuman di pipi kirinya. Bukan oleh wanita tapi oleh kaumnya sendiri, kaum adam. Fotonya ini dan banyak foto lainnya tersebar luas dan selalu menjadi koleksi wanita di dunia.

Tentangnya, menjadi buah bibir. Majalah-majalah nasional maupun internasional tak jarang menjadikan mereka sebagai Cover Boy lalu artikel-artikel di dalamnya mengupas habis tentang kehidupan mereka yang mengidola. Katanya, mereka menjadi lambang laki-laki modern. Mereka menjadi kiblat ketampanan. Mereka menjadi simbol keromantisan.



Untuk mereka, ada cinta yang dipersembahkan oleh para wanita, ada rindu yang terpatri di hati, ada bahagia yang menyelimuti relung-relung jiwa. Memandang mereka, para artis korea itu, para wanita akan teriak histeris. Air mata haru biru pun mengalir lembut menyusuri pipi.


Mereka telah menjadi idola yang mendunia, begitu mampu menghipnotis para wanita. Dan yang lebih menyedihkan lagi, para muslimah yang (katanya) mencintai Allah dan Rasul-Nya pun terbius dahsyat. Tak sedikit muslimah yang berjilbab mengedit fotonya sendiri lalu menyandingnya dengan gambar si artis korea dalam satu foto. Lihatlah pula, foto-foto si artis korea itu menjadi profile ficture di Facebook.

Bagaimana tidak demikian, tak hanya tampang, para artis korea itu miliki pula suara yang indah, halus, dan menyejukkan telinga yang mendengar. Album mereka menjadi koleksi utama. Tak dapat dipungkiri, lisan-lisan para muslimah “mendzikirkan” lagu mereka walaupun  tak paham maknanya. Daun telinganya dibuka lebar-lebar penuh khusyu’ untuk mendengar nada-nada lagu cinta si artis korea.

Di mana rasa malu yang seyogyanya menjadi kemuliaan bagi pemiliknya? Di mana kemuliaan yang seharusnya tertancap kuat di taman hati?

@**@**@

>>Untuk Bidadari-Bidadari Mungilku

 Aku mencintai kalian wahai bidadari-bidadari kecilku. Saat kalian berjalan menuju masjid Aisyah, kalian terlihat begitu ceria dan bahagia sambil bergandeng tangan penuh kehangatan ukhuwah. Melewati bagian kanan badan jalan, senyum kalian berempat begitu sumringah. Iya, aku melihat kalian sore itu ketika baru saja kulalui pohon flamboyan, saat laki-laki kaum muslimin telah menunaikan kewajiban mereka shalat ashar di masjid.

 Wahai bidadari-bidadari kecilku, jujur kukatakan bahwa aku tersanjung dan terpesona. Sore itu, dan sore-sore lainnya, kalian membawa tas kalian yang berisi Al-Qur’an, buku dan pena untuk menuntut ilmu syar’i. Kalian memang masih duduk di bangku sekolah dasar, kelas 1 atau 2, bahkan ada yang masih berada di taman kanak-kanak  tapi kalian telah melampaui keadaan wanita-wanita dewasa yang sedang tersenyum bahagia bahkan menangis syahdu menyaksikan para artis korea itu.

 Walaupun dalam usia yang begitu dini, dengan menuntut ilmu syar’i, kalian benar-benar berusaha merawat pohon iman agar tertancap kuat di hati, agar tegar menjulang, agar memekar berbinar.

 Pada akar pohon iman itu, kalian mempertautkan diri agar tak hanyut disambar derasnya fitnah zaman. Pada batang kokohnya, kalian bersandar merehatkan keletihan yang mungkin mendera jiwa. Pada daunnya yang rimbun, kalian bernaung, meneduhkan diri dari panasnya arus kehidupan. Pada buahnya yang ranum memanis, kalian menikmati kelezatan hati.

 Ketika penaku tiba di kalimat ini, wahai bidadari-bidadari mungilku, air mataku mengalir. Tetesannya mengalirkan kebahagiaan karena menuliskan tentang kalian yang bersahaja. Kalian berusaha merias diri dengan kemuliaan yang kalian petik dari langit lalu menebarkannya melalui inspirasi-inspirasi bermakna yang terpotret pena ini.


>>Kecintaan yang Menipis

Pada saat yang sama, wahai bidadari-bidadari jelitaku, tetesan air mata ini pula mengalirkan kesedihan melihat keadaan kaum kalian, para wanita, di zaman ini. Begitu mudahnya mereka terbius/membiuskan diri dengan artis korea (dan artis-artis lainnya, seperti Justin Beiber, dll) yang secuil pun tak menambah keimanan. Mereka benar-benar terjebak dalam kubangan dunia khayal.

Benar bahwa mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya tapi kecintaannya itu terkikis lalu tertimbun oleh fitnah-fitnah zaman, salah satunya fitnah artis-artis korea itu. Mereduplah cahaya iman yang seyogyanya mampu menerangi hati. Amal-amal yang seharusnya terperagakan dengan apik malah kini melumpuh.

Benar bahwa hari-hari mereka penuh dengan sejuknya musim semi yang menyemikan cinta untuk sang artis korea namun bukan menyemikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan menyemikan ketaatan, bukan menyemikan pahala, bukan menyemikan ilmu syar’i, bukan pula menyemikan tunas-tunas keimanan.

Benar bahwa pada saat yang sama, hari-hari mereka penuh dengan indahnya musim gugur yang menggugurkan tradisionalitas di abad 21, setidaknya menurut mereka. Tapi sayangnya musim gugur tersebut bukan mengugurkan dosa, bukan pula menggugurkan ketidaktahuan terhadap ilmu syar’i dan hukum-hukum Islam.

@**@**@

>>Para Wanita, Artis Korea dan Dajjal

Para artis korea, seperti yang telah kupaparkan, telah mampu membius muslimah. Mereka, para artis korea itu, menurutku, memiliki kelebihan-kelebihan yang sifatnya manusiawi. Artinya, ketampanan, wajah yang imut, suara yang merdu, dan tetek bengek lainnya sangat mungkin dan bahkan dimiliki pula oleh orang lain di lain tempat dan waktu. Walaupun demikian, wanita-wanita muslimah telah terpesona, terpukau dan tersihir.

Lantas, hubungannya dengan Dajjal?

Dajjal adalah fitnah (ujian) yang paling besar semenjak Allah ‘azza wajalla menurunkan nabi Adam ‘alaihissalam hingga menjelang hari kiamat. Dajjal memiliki kelebihan di luar batas kemampuan manusia.

Atas izin Allah, Dajjal mampu memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu menumbuhkan tetanaman yang segera menghijaukan bumi pertiwi. Pada saat yang sama pula, dia mampu menjadikan musim semi itu menjadi musim kemarau yang tiada berhujan karena memang dia juga mampu menahan hujan hingga tetumbuhan dan hewan-hewan akan mati di masa-masa kedatangannya di akhir zaman.

Dajjal mampu menghidupkan manusia yang ada di kuburan maupun orang-orang yang dibunuhnya. Dia mampu mengeluarkan kekayaan dari perut bumi yang membuat manusia terpukau dan terpesona. Lebih dari itu, ia membawa dua sungai di tangannya, sungai bermata air jenih dan sungai api. Ia mampu terbang dengan kecapatan yang luar biasa untuk mengelilingi dan menyinggahi seluruh pelosok bumi kecuali Mekkah dan Madinah yang dijaga para malaikat.

Dengan kelebihan itulah manusia terhipnotis, tersihir, terpukau sehingga menjadi pengikut Dajjal, terlebih dari kalangan para wanita. Iya, para wanita, adik-adik, kakak-kakak, istri-istri kaum muslimin kecuali mereka yang dirahmati Allah.

“Kebanyakan pengikut Dajjal,” tutur Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl dalam kitabnya Asyratus Sa'ah, “adalah orang-orang Yahudi, orang Ajam (non arab), orang Turki, dan banyak lagi manusia dari berbagai bangsa dan golongan yang kebanyakan dari orang-orang Arab dusun dan kaum wanita.”

Ucapan di atas bukanlah omong kosong belaka karena memang didasarkan sebuah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Dajjal akan turun di lembah air Murqonah' ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena khawatir mereka akan pergi menemui Dajjal."
(Musnad Ahmad VII: 190 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, "Isnadnya shahih.”)

Kembali mencermati hadits dan ucapan diatas, aku melihat kesamaan antara artis korea dan Dajjal yang walaupun perbedaannya begitu mencolok. Kedua-duanya memiliki satu titik kemiripan: sama-sama mampu merebut hati para wanita.

Menutup catatan ini, ada sebuah pertanyaan besar yang harus menjadi cambuk hati bagi wanita-wanita muslimah.  

“Dengan bekal apa mereka menghadapi dahsyatnya fitnah Dajjal sementara di zaman ini mereka telah terbius dengan fitnah artis-artis korea?”


***

Wallahu a’lam. Subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.

from : Abdullah Akiera Van As-samawiey

2 komentar:

  1. mengesankan kalo semua itu gak da gunanya yh kag?
    setuju..

    karena sekarang nih dah bnyak umat muslim yg jauh dari ajaran Islam..

    terus solusinya apa kag??

    BalasHapus
  2. afwan dek baru dbls skrg :)

    mengagumi seseorang boleh2 saja slma tak mlangar ktntuan-Nya..
    masalah brguna atau tdk, trgantung kpda si pengagum..
    bila kita meniru yg baik2 dr org yg kita kagumi dan yg kita tiru itu mmbuat kita smkin dkat dgn-Nya, maka ia ada gunanya..
    seperti mengagumi Rasulullah,,
    tapi jika yg dikagumi hanya membuat kita semakin jauh denganNya, lbh baik tinggalkanlah..

    klo mnrut kakak, solusinya adalah mmperbaiki/ meningkatkan kualitas keimanan kita,
    mulailah dari diri kita, kemudian,sampaikanlah apa2 yg telah kita ktahui kepada org2 trdekat kita, ajaklah mereka untuk kmbali k jalan yg seharusnya, buatlah mereka mrasa nyaman brada di jlan itu,jgn pernah tinggalkan mereka ktika mreka trpuruk, ingatkan mreka ktika mreka salah, hingga kelak mereka pun akan mengajak org2 trdekatnya untuk brgabung brsamanya, dlm jalan kbnran, jln yg lurus itu..
    hingga umat muslim pun perlahan-lahan kmbali mndekat pd ajaran agamanya..
    wallahualam ^^

    BalasHapus

pembaca yang baik adalah mereka yang meninggalkan jejak ^^